TPQ di khodijah 2



 Tak terasa sudah berjalan sebulan Taman Pendidikan Al Quran di panti khodijah. Ramainya suara anak-anak kecil yang penuh semangat tiap sore mengaji dari jilid 1 Qiroati begitu menggetarkan hati. Setelah  acara pengajian akbar dan imtihan santri pada bulan februari kemarin, panti khodijah mulai membuka TPA di sore hari . Tentu saja pengajaran yang dipakai menggunakan metode Qiroati.
Beberapa santri yang mendapat tugas untuk menjadi ustadzah di TPA antara lain : mbak Iin, mbak Narni, mbak Susi, mbak Fima, mbak Lia, mbak Ita, mbak Yuli, mbak Ning, mbak Lisa, mbak Puput, dan mbak Nurul sebagai Penanggung Jawab TPA. AlhamduliLlaah semuanya sudah melampaui ujian tashih Quran juga telah mengikuti metodologi dan saat ini sedang dalam proses keluar syahadahnya.
Dalam metode Qiroati, Penanggung Jawab (PJ) tidak mempunyai tugas mengajar di kelas. Tugas PJ yaitu melakukan pengawasan saat proses belajar mengajar yang sedang berlangsung setiap hari. PJ juga mempunyai tugas menguji santri yang akan naik jilid. Selain itu, PJ juga mempunyai tanggung jawab selayaknya pimpinan dalam sebuah lembaga.
Terdapat beberapa tahap yang harus dilewati ketika menggunakan metode Qiroati. Untuk yang masih awam terdapat kelas Pra TK. Kemudian masuk ke jilid 1-6 Qiroati. Setelah jilid 5, para santri diwajibkan melewati juz 27 terlebih dahulu. Setelah lulus juz 27 baru masuk jilid 6. Ketika masuk jilid 6, santri mempunyai tugas membaca Al Quran dirumah dimulai dari juz 1. Setelah lulus jilid 6 Qiroati barulah santri masuk kelas Al Quran untuk melakukan baca simak Al Quran sampai khatam. Setelah khatam Al Quran dan lulus ujian Al Quran, santri masuk kelas Gharib untuk mempelajari Gharibul Quran atau ayat-ayat muskilat. Dan dilanjutkan dengan memasuki kelas tajwid. Setelah selesai semua tahapan tadi, maka santri memasuki kelas pra tashih untuk lebih memantapkan bacaan quran masing masing. Setelah lulus kelas pra tashih maka santri harus berani untuk diuji bacaan Al Qurannya oleh penguji (pentashih) dari Koordinator Qiroati Cabang Yogyakarta. Ujian tersebut meliputi membaca beberapa halaman Al Quran yang dilaksanakan secara open book. Walaupun open book tapi bacaannya harus lancar (lancar maksudnya harus tidak boleh ada yang salah, dan tidak boleh diulang-ulang kalau tahu ada yang salah) dan tartil sesuai qoidah yang benar. Kemudian juga meliputi tanya jawab materi gharib dan tajwid secara lisan. Setelah lulus ujian tashih, maka santri dapat mengikuti ujian (imtihan) santri atau biasa disebut imtas yang biasanya diselenggarakan setiap awal tahun hijriah. Khusus untuk kelas dewasa setelah ujian tashih wajib mengikuti metodologi yang dilaksanakan setiap tiga bulan sekali. Apakah setelah metodologi sudah selesai? Ternyata belum. Masih ada tahapan PPL atau praktek kerja lapangan agar mendapatkan pengalaman mengajarkan Al Quran dengan metode Qiroati. Setelah lulus PPL maka baru keluar syahadah

No comments:

Post a Comment